MAKALAH
SISTEMATIK VERTEBRATA
KELAS AVES
O
L
E
H
HASBIAH
H41111285
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
penyertaan-Nyalah dan perkenaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Namun seperti kata
pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Demikian halnya dengan makalah ini,
oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
sekalian sangat kami harapkan. Terima kasih.
Makassar, April
2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kelas Aves (burung)
berevolusi selama radiasi reptilia yang sangat hebat pada zaman Mesozoikum.
Telur amniotik dan sisik pada kaki hanyalah dua diantara semua ciri khas
reptilia yang kita temukan pada burung. Akan tetapi burung modern tampak sangat
berbeda dari reptilia modern karena memiliki bulu dan perkakas terbang lainnya
yang khas (Campbell, dkk., 2003).
Adanya bulu mungkin
sudah cukup untuk mengklasifikasikan seekor hewan sebagai burung, meskipun
beberapa fosil dinosaurus yang ditemukan baru-baru ini kelihatannya memiliki
bulu pendek dan halus. Tentu saja, jika kita ingin melacak leluhur burung, kita
harus mencari fosil tertua dengan bulu yang telah berfungsi untuk terbang.
Fosil burung purba yang bernama Archaeopteryx
lithographica ditemukan di gunung kapur Bavaria di Jerman, yang berusia
kira-kira 150 juta tahun, termasuk kedalam masa Jura. Berbeda dari burung
modern, tetapi mirip dengan reptilia. (Campbell, dkk., 2003).
Terdapat 8600
spesies burung yang masih hidup yang dikelompokkan ke dalam kurang lebih 28
0rdo. Kemampuan terbang adalah ciri khas burung, tetapi ada beberapa spesies
yang tidak terbang. Burung yang tidak terbang secara kolektif disebut sebagai
ratita (dari bahasa Latin yang berarti berbokong rata) karena tulang dadanya
tidak mamiliki taju dan otot dada besar yang bertaut ke taju seperti pada
burung yang dapat terbang (Campbell, dkk., 2003)
Berlawanan dengan
ratita, burung lain disebut karinata karena mereka memiliki suatu carina, atau
taju dada, yang menyokong otot dadanya yang besar. Otot ini menyediakan
kekuatan terbang pada burung terbang. Kebutuhan untuk terbang telah
menghasilkan bentuk tubuh umum burung karinata yang mirip satu sama lain, namun
para pengamat burung yang berpengalaman dapat membedakan banyak spesies hanya dengan
penampilan tubuhnya saja (Campbell, dkk., 2003).
Untuk lebih jelasnya mengenai sistematika kelas Aves ini
akan kami bahas pada bab selanjutnya.
I.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1.
Apa definisi dari Kelas Aves ?
2.
Bagaimana ciri-ciri khusus dari Kelas Aves ?
3.
Bagaimana struktur dan fungsi dari Kelas Aves ?
4.
Bagaimana sistematika/ klasifikasi dari Kelas Aves ?
I.3
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui apa itu Aves.
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus dari kelas Aves.
3.
Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari kelas Aves.
4.
Untuk mengetahui sistematika/klasifikasi dari kelas Aves.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat
dilihat dimana-mana; aktif pada siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu
sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu tubuh dapat mengatur suhu dan terbang.
Dengan kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna dan suara
beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. Banyak diantaranya
mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan makanan sumber
protein. Beberpa diantaranya diternakkan. Kata Aves berasal dari kata Latin
dipakai sebagai nama Kelas, sedangkan Ornis dari kata Yunani dipakai dalam
“Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung (Jasin, 1984).
Ciri-ciri Khusus (Jasin, 1992).
1.
Tubuh terbungkus oleh bulu.
2.
Mempunyai dua pasang anggota (extremitas), anggota anterior
(sepasang) mengalami modifikasi sebagai sayap, sedang sepasang anggota
posterior di sesuaikan untuk hinggap dan berenang (web) masing-masing kaki
berjari 4 buah; cakar terbungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik.
3.
Skeleton kecil dan baik, kuat dan penulangannya sempurna;
pada mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai paruh atau sudu (cocor)
yang terbungkus oleh lapisan zat tanduk; pada burung yang terdapat pada masa
ini tidak bergigi; tempurung kepala memiliki sebuah occipitale condyle;
lehernya sangat fleksibel; tulang-tulangnya pembentuk pelvicus bersenyawa
dengan sejumlah vertebrae tapi sebelah ventral tebuka; tulang sternum membesar
dan biasanya memiliki suatu cuatan sebelah median, jumlah vertebrae ekor
sedikit dan mengalami pemadatan.
4.
Cor terdiri atas 4 ruangan yakni 2 auricula dan 2
ventricula; hanya arcus aorticus kanan yang masih ada, erythrocytnya berinti,
berbentuk oval dan convex.
5.
Respirasi dilakukan dengan paru-paru yang kompak yang
menempel pada costae dan berhubungan dengan kantung udara (saccus pneumaticus)
yang meluas pada alat-alat dalam; memiliki kotak suara atau syrinx pada dasar
trachea.
6.
Tidak memiliki vesica urinaria; zat-zat excresi setengah
padat; pada hewan betina biasanya hanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri.
7.
Memiliki 12 nervi cranialis.
8.
Suhu tubuh tetap (homothermis).
9.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh; telur memiliki yolk
besar terbungkus oleh cangkok yang keras; untuk menetas diperlukan pengeraman;
segmentasi meroblastis, memiliki membrana perkembangan dalam telur. Anak-anaknya
yang masih muda dierami, disuapi makanan dan dijaga oleh induknya (kecuali pada
Megapodes).
Aves menunjukkan kemajuan bila
dibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang memdahului dalam hal (Jasin, 1992) :
1.
Tubuh memiliki penutup tubuh yang bersifat isolasi.
2.
Darah vena dan darah arteri terpisah secara sempurna dalam
sirkulasi pada jantung.
3.
Pengaturan suhu tubuh.
4.
Rata-rata metabolismenya tinggi.
5.
Kemampuan untuk terbang.
6.
Suaranya berkembang dengan baik.
7.
Menjaga anaknya secara khusus.
Hal-hal tersebut di
atas menunjukkan kedudukan lebih tinggi daripada reptilia. Sedangkan dengan
mamalia berbeda dalam tipe penutup tubuh, kemampuan untuk terbang dan hal
reproduksi (Jasin, 1992).
Struktur dan Fungsi
Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda
(ekor). Sepasang eksteremitas anterior merupakan Ala (sayap) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh tubuh waktu
waktu tidak terbang. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat,
sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar (Jasin, 1992).
Mulut mempunyai rostum (paruh)
yang terbentuk oleh maxila pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah.
Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah
luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk. Pada atap paruh terdapat
lubang hidung (nares interna pada sebelah dalam dan nares eksterna pada sebelah
luar) (Jasin, 1992).
Organon visis relatif besar dan
terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada
sudut medial terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutupi mata. Di
belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi
di bawah bulu khusus. Di bawah ekor terdapat anus (Jasin, 1992).
a.
Penutup tubuh :
Tubuh di bungkus
oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot daging. Dari kulit akan
muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan,
fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa
titik pada reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya
mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbnetuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan mebentuk bungkus yang
halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu (Jasin, 1992).
Sentral kuncup bulu itu mempunyai
bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa
zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin,
1992).
Berdasarkan
susunan anatomis bulu di bagi 3 macam, yakni (Jasin, 1992) :
1.
Filoplumae, sebagai rambut yang di ujungnya bercabang-cabang
pendek halus (hair feather).
2.
Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan
perbedaan ditail (down feathers).
3.
Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).
Selanjutnya bila kita tinjau
lebih jauh susunan plumae, maka terdiri atas (Jasin, 1992) :
-
Calamus, sebagai tangkai
pangkal bulu (quill)
-
Rhachis, merupakan lanjutan
calamus yang merupakan sumbu buu yang tidak berongga di dalamnya (shaft)
-
Vexillum, sebagai bendera
yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang ke lateral dari rhachis.
Keterangan :
Rd : radioli
Br : barbae
R : rachis
V : vexillum
C : calamus
Us : umbilicus superior
Ui : umbilicus inferior
A : barbulae distal
B :
barbulae proximal
Gambar 01. Plumae pada aves
Tiap- tiap barbae mempunyai cabang-cabang lagi yang di sebut
barbulae.
-
yang distal menuju lateral pucuk bulu
- yang proksimal
menuju ke arah pangkal dan mempunyai kait-kait (radioli), yang mengait pada
barbulae yang ke distal. Pada pesilangan melintang membentuk sudut siku-siku.
Lubang pada pangkal calamus di
sebut umbilicus inferior, sedang lubang pada pucuk calamus di sebut umbilicus
superior. Waktu bulu masih muda kedua umbilicus itu dilalui oleh pembuluh darah
yang membawa zat-zat makanan bagi bulu muda itu (Jasin, 1992).
Menurut letaknya, bulu di
golongkan menjadi (Jasin, 1992) :
1.
Tectrices, yang menutupi
badan.
2.
Retrices, yang berpangkal
pada ekor, vexillumnya simetris karena berfingsi sebagai kemudi.
3.
Remiges, yang terdapat
pada sayap dan di bagi atas :
-
Remiges primariae yang melekatnya
secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
-
Remiges secundariae yang melekatnya
secara cubital pada radial ulna.
4.
Parapternum, yang menutupi
daerah bahu
5.
Ala spuria, sebagai bulu
kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).
b.
Skeleton :
Skeleton
aves bila dibandingkan dengan reptilia dan mamalia merupakan tulang yang
berongga dan ringan. Hal ini merupakan modifikasi untuk terbang. Aves adalah
bipedal (Jasin, 1992).
Tulang tempurungnya pada hewan
yang masih muda terpisah satu sama lain, setelah tua akan bersenyawa satu sama
lain. Tulang tempurung kepala terdiri atas kotak otak yang bulat, rongga mata
dan rahang (maxillae) yang terproyeksi keluar sebelah paruh, rahang bawah
madibulae bersendi dengan tulang kuadrat yang mudah digerakkan. Persendian
antara tulang kepala dan leher dengan sebuah sistem condyle (occipitale
condyle) (Jasin, 1992).
Gambar 02. Skeleton Aves
Leher tersusn atas kurang lebih
16 vertebrae cervicalis, yang masing-masing mempunyai persendian bentuk sadel,
sehingga mudah untuk gerak dalam mengambil makanan dan lain-lain (Jasin, 1992).
Columna vertebralis bagian
truncus bersenyawa menjadi satu, sedang thorax mempunyai persendian dengan
costae. Sisi vertebrae lainnya menjadi tulang senyawa synsacrum tempat
menempelnya tulang pelvicus. Tidak memiliki vertebrae lumbalis. 4 vertebrae
caudalis menjadi saru dan terkenal sebagai pygostyl atau uropygium (Jawa = Brutu)
yang menyebabkan bulu ekor dapat digerakkan (Jasin, 1992).
Tulang thorax melindungi
alat-alat dalam dan merupakan bagian yang menyokong dalam mekanisme terbang.
Dalam mekanisme ini akan terjadi perluasan dan kontraksi rongga tubuh guna
pernapasan. Tulang-tulang yang mengambil bagian dalam hal ini yakni (Jasin, 1992)
:
1.
Tulang vertebrae sebelah dorsal,
2.
Tulang costae yang pipih sebelah lateral,
3.
Tulang sternum sebelah ventral yang mempunyai tonjolan
sebelah median yang disebut carina, sebagai tempat melekatnya musculus
pectoralis guna keperluan terbang.
Carina hanya terdapat pada burung-burung yang terbang
(caranatae). Pada sternum terdapat tonjolan-tonjolan (processus).
Tiap-tiap tulang rusuk (costae)
terikat dengan tulang vertebrae dan bagian sternum tertentu. Umunya aves
memiliki 8 buah dan kadang-kadang 7 buah costae. Dua buah melekat pada
vertebrae cervicales, maka disebut costae cervicales, sedang lainnya melekat
pada vertebrae thoracales, maka disebut costae thoracales, costae thoracales
ini dapat dibedakan atas dua bagia yakni (Jasin, 1992) :
-
Pars vertebrales yang bersendi pada collumna vertebralis;
-
Pars sternalis yang melekat pada tepi lateral dan sternum
Kedua bagian costae
itu berhubungan dengan sistem sendi.
Cingulum anterior (pectoral
girdle) pada masing-masing bagian terdiri atas (Jasin, 1992) :
1.
Tulang scapula yang mirip pedang, menempel pada costae
bersendi pada processus acro-coracodius, sejajar dengan vertebrae,
2.
Tulang coracoid sebagai penguat terletak antara scapula dan
sternum,
3.
Clavicula menggantung secara vertikal dari scapula dan 2
tulang clavicula menjadi satu pada sebelah ventral emebuat bentuk V dan disebut
Forcula (wrishbone).
Ketiga bagian tulang tersebut
bertemu pada ujung-ujung sebelahnya membentuk persendian mangkokan dan padanya
mengait melingkar ujung moscullus pectoralis minor yang selanjutnya moscullus
itu melekat pada tulang humerus sayap (Jasin, 1992).
Ekstermitas
anterior yang merupaka ala (sayap) skeletonnya terdiri atas : humerus sebagai
lengan atas, radius dan ulna, serta ossa carpalia (Jasin, 1992).
Pada “tangan” anterior atau
digiti kedua mendukung bulu alula sayap (bastar wing), berikutnya yakni digiti
ketiga yang terpanjang yang terdiri atas dua buah segmen, dan digiti keempat
yang terletak sebelah dalam terdiri atas sebuah segmen (Jasin, 1992).
Cingulum
posterior (pervis dirgle) adalah besar dan merupakan bentuk sadel yang
bersenyawa dengan vertebrae sacralis, terbuka lebar sebelah ventral, hingga
memudahkan telur keluar, pada hewan betina (Jasin, 1992).
Skeleton
extremitas posterior terdiri atas : femur, patella; crus, yang terdiri atas :
fibula yang pendek dan tibiotarsus yang merupakan persatuan dari tulang tibia
dan tarsalia; pes yang terdiri atas tarso meta tarsus sebagai tulang cakar dan
digiti yang mempunyai ruas phalanx (jari-jari). Pada ujung jari terdapat
falcula (kuku untuk mencakar). Empat jari itu yang tiga mengarah ke muka dan
yang satu mangarah ke belakang (Jasin, 1992).
c.
Systema musculare, terdiri atas (Radiopoetro, 1986) :
-
Musculus pectoralis major berfungsi untuk menutup sayap,
berorigo pada carnia sterni dan berinsertio pada facies ventralis humeri.
-
Musculus pectoralis minor baru tampak bila musculus
pectoralis major diangkat.
Musculus ini berorigo pada carina sterni, kemudian masuk ke dalam foramen
triosseum yang berinsertio pada facies dorsalis humeri.
Fungsinya ialah untuk menurunkan
sayap.
d. Systema Digestorium (Anonim, 2013) :
Lidah
pada burung berbentuk runcing dan panjang dengan lapisan zat tanduk. Pada
rongga mulut bagian atas terdapat lipatan palatal. Dilanjutkan dengan faring,
kemudian saluran esophagus yang dilapisi otot memanjang ke bagian bawah leher
tempat terdapatnya tembolok yang berfungsi sebagai tempat penyimpan makanan.
Dan
beberapa diantaranya alat dan fungsi pada burung adalah sebagai berikut (Anonim,
2013) :
- Paruh : Mengambil makanan.
- Kerongkongan : Saluran makanan menuju tembolok.
- Tembolok : Menyimpan makanan sementara.
- Lambung kelenjar : Mencerna makanan secara kimiawi.
- Lambung pengunyah : Menghancurkan makanan.
- Hati : Membantu mencerna makanan secara mekanis.
- Pankreas : Menghasilkan enzim.
- Usus halus : Tempat pencernaan sari makanan yang diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.
- Usus besar : Saluran sisa makan ke rectum.
- Usus buntu : Memperluas daerah penyerapan sari makanan.
- Poros usus : Tempat penyimpan sisa makanan sementara.
- Koloaka. : Muara 3 (tiga) saluran, yaitu :
1. Pencernaan usus
2. Saluran uretra dari ginjal.
3.
Saluran kelamin.
e.
Systema Respiratorium, terdiri atas (Radiopoetro,
1986) :
1.
Nares Anteriores (lubang hidung), berjumlah sepasang terdapat pada pangkal rostrum
bagian dorsal.
2.
Nares Posteriores, lubang
pada palatum, hanya 1 buah, terletak di tengah.
3.
Glottis, terletak
tepat di belakang pangkal lidah dan melanjutkan ke caudal, ke dalam larynx.
Glottis ini berhubungan dengan rongga mulut melalui celah yang disebut
rima Glotidis
4.
Larink, bagian yang disokong oleh cartilago cricoidea, dan cartilago
arytenoidea yang berjumlah sepasang.
5.
Trachea adalah lanjutan larynx ke arah caudal. Ini berupa suatu pipa mempunyai
cincin-cincin tulang yang disebut annulus trechealis.
6.
Bronchus adalah
percabangan trachea ke kanan dan ke kiri, disebut Bronchus dexter dan sinister.
Tempat percebangan branchia tadi disebut bifurcatio tracheae. Bronchi
ini masih terbagi, ke dalam bronchi leteralis yang masing-masing akan
terbagi lagi parabronchi.
7.
Pulmo, terdapat
pada ujung-ujung bronchi berjumlah sepasang, melekat pada dinding dorsal
thorax. Pulmo ini dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.
8.
Syrinx, terdapat pada bifurcatio trachea. Tersusun
dari beberapa annulus trachealis yang paling caudal dan annulus bronchialis
yang paling cranial. Alat ini membatasi suatu ruangan yang agak melebar yang
disebut Tympanum.
Klasifikasi (Murad, 1978) :
Classis Aves
Subclassis 1. Archaeornithes (Burung kadal)
Mempunyai 3 jari dan metacarpal
yang terpisah, masing-masing mempunyai sebuah cakar, ekor panjang, mempunyai
lebih dari 13 vertebrae, masing-masing dengan sepasang rectrices, tidak ada
pygostyle, kedua rahang mempunyai gigi-gigi dalam alveoli (kantung), Jurassic
atas di Jerman.
Archaeopteryx, telah diketahui 2
spesimen.
Subclassis 2. Neornithes (Burung-burng
sejati)
Metacarpal-metacarpal bersatu,
yaitu jari kedua yang terpanjang, vetebrae caudals 13 buah atau kurang, dan
gepeng, sternum berbentuk lurus atau rata, cretaceous sampai dengan sekarang.
Superordo a. Odontognathae (Burung-burung
bergerigi dari dunia baru)
Terdapat gigi-gigi, di dalam
lekukan-lekukan pada rahang, cretaceous atas (kansas dan montana), 2 ordo 14
spesies.
Hesperornis;
Ichthyornis.
Superordo b. Palaeognathae (Burung-burung
berjalan)
Tidak bergigi, sayap mengecil,
umumnya tidak dapat terbang, vertebrae caudalis bebas, coracoid dan scapula
kecil.
Ordo 1. Struthioniformes. Ostriches (Burung-burung
unta)
Tidak dapat terbang, terrestrial,
sternum tidak mempunyai lunas, ada symphysis pubis (suatu keanehan pada
burung-burung), tidak ada pygostyle, hanya 2 jari (ke 3 dan ke 4) pada setiap
kaki, kepala, leher, dan kaki berbulu jarang, bulu-bulunya tanpa aftershaft
(tangkai bulu kedua), miocene sampai recent, Afrika dan Arab.
Struthio camelus, burung unta, burung
yang paling besar yang masih tinggal sampai sekarang, tinggi lebih dari 7 kaki,
mendiami daerah-daerah kering dalam kelomlok-kelompok dari 3-20, omnivora,
seekor jantan menjaga telur-telur dari 4 atau 5 ekor betina yang meletakkan
sampai 30 butir telur dalam suatu sarang dan si jantan umumnya yang mengerami,
bulu-bulunya dipakai oleh para wanita sebagai perhiasan, bulu-bulu ini diambil dari
burung unta yang diternakan di perternakan-perternakan di Afrika dan Amerika Serikat.
Ordo 2. Casuriiformes. Burung Kasuari dan
Emu
Tidak dapat terbang, terresterial,
sternum tidak berlunas, terdapat 3 jari-jari depan pada masing-masing kakinya,
sayap kecil, leher dan badan penuh dengan bulu; bulu-bulunya dengan aftershaft
yang hampir sama dengan shaft, pliocene sampai recent, Australia, Irian dan
pulau-pulau di sekitarnya.
Dromiceius
(Dromaeus), Emu, di Australia, sampai 5 kaki tingginya, di hutan-hutan
yang jarang.
Casuarius, Kasuari, di Irian
dan pulau-pulau di sekitarnya (termasuk Irian jaya dan Maluku), lebih dari 5
kaki tingginya, tidak berbulu pada leher dan kepalanya, di hutan, nocturnal.
Ordo 3. Aepyornithiformes. Burung gajah
Tidak dapat terbang,
terresterial, sternum pendek, lebar, dan tisak berlunas, sayap rudimentor, 4
jari, recent, tetapi di beberpa negara telah panas, madagaskar.
Aepyornis. Tinggi kira-kira
10 kaki, telur-telurnya sampai 9 – 13 inci, merupakan telur hewan yang paling
besar.
Ordo 4. Dinornithiformes. Moa.
Tidak dapat terbang,
terresterial, sternum mengecil dan tidak berlunas, coracoid, scapula dan
tulang-tulang sayap mengecil atau tidak ada, kaki-kakinya pejal, 3-4 jari,
bulu-bulunya mempunyaI aftershaft yang besar, recent, tetapi di beberapa negara
telah musnah; New Zealand.
Dinornis. Terdapat beberapa
spesies, satu spsesies tingginya 8 kaki, telur-telurnya sampai 5–7 inci.
Ordo 5. Apterygiformes. Kiwi
Tidak dapat terbang,
terresterial, paruh panjang dan ramping dengan lubang hidung di ujungnya, sayap
berdegenerasi ( humerus rudimenter, hanya 1 digitus, tidak ada bulu-bulu untuk
terbang, sternum tidak berlunas, 4 jari kaki, tubuhnya di tutupi bulu-bulu penutup,
seperti rambut, tanpa aftershaft. New Zealand.
Apteryx, Kiwi. Terdapat
beberapa spesiaes, kebanyakan panjangnya kurang dari 24 inci, nocturnal,
omnivora, sarangnya dalam lubang, telur 1 atau 2 butir, kira-kira 3x5 inci.
Ordo 6. Rheiformes. Rhea
Tidak dapat terbang,
terresterial, sternum tidak berlunas, tiga jari-jari depan pada tiap kaki,
leher dan kepala sebagian berbulu, bulu-bulunya tidak mempunyai aftershaft,
Miocent sampai resent, Amerika selatan.
Rhea. Tingginya sampai
4 kaki, di tanah-tanah yang terbuka.
Ordo 7. Tinamiformes. Tinamous
Sayap berkembang untuk terbang, sternum
berlunas, pygostyle mengecil, kulit telur sangat mengkilap, di Mexico selatan
sampai di Utara Amerika Selatan.
Tinamus, Rhynchotus,
Tinamous, besarnya sedang, terbang lurus, tetapi umumnya berlari, dimanfaafkan
untuk binatang perburuan.
Superordo c. Neognathae. Burung-burung modern
Tidak bergigi, sternum berlunas,
sayap tumbuh baik, vertebrae caudalis 5 atau 6 buah, terdapat pygostyle,
anggota depan mempunya metacarpal bersatu dan jari-jari termasuk dalam sayap,
receno sampai resent.
Ordo 8. Sphenisciformes. Penguin
Tidak dapat terbang, anggota depan
(sayap) seperti pendayung, beradaptasi untuk berenang, tulang-tulangnya gepeng;
metetarsus bersatu tetapi tidak semuanya; 4 jari kaki ( yang pertama kecil),
semuanya menghadap kedepan, kaki berselaput renang; bulu-bulunya lembut,
seperti sisik, menutupi seluruh tubuhnya (tidak ada apteria); terdapat lapisan
lemak di bawa kulit; kalau berdiri
bertahan pada metatarsi; pandai/cepat menyelam dan kalau berenang dengan
menggerak-gerekkan anggota depannya; sarangnya dalam kolono-koloni di pulau-pulau
atau di es; di lautan-lautan sebelah selatan sampai kepulauan Galapagos; terdapat
kira-kira 20 jenis.
Aptenodytes
forsteri, Penguin kaisar, dipantai Antartika, tingginya sampai 48 inci, species
yang lain lebih kecil.
Ordo 9. Gaviiformes. Loon
Kakinya pendek, terdapat
pada ujung tubuhnya; jari kakinya mempunyai selaput renang; patella mengecil;
ekornya mempunyai 18 smapai 20 ulu-bulu yang pendek dan kaku; terbang cepat,
lurus, pandai menyelam; makanannya ikan; di belahan dunia utara; ada 4 species.
Gavia immer, common loon.
Ordo 10. Podicipitiformes. Grebes
Ekornya merupakan seberkas
bulu-bulu down; kaki-kakinya jauh terletak di belakang tubuh; patelle besar;
tarsus gepeng; kaki-kakinya berlobus; di air tawar yang tenang, beberapa
species hidup di pantai atau di tepi lautan; mahir menyelam; makanannya
hewan-hewan kecil di air dan beberapa tanam-tanaman.
Podiceps (Colymbus)
auritus (horned grebe).
Podiceps ruficollis (Red
throatedDabchik), di indonesia.
Podiceps novaehollandidae (Australian
Dabchik), di Indonesia.
Ordo 11. Procellariiformes. Albatros, Fulmer
dan Petrel.
Lubang hidung tubular; lapisan
tanduk pada paruhnya terdiri dari beberapa keping pelat; pada tengkorak
mempunyai kelenjar-kelenjar hidung yang besar; jari kaki belakang mengecil atau
tidak ada; bulu-bulu (plumage) padat, “berminyak” pada texturenya; sayap
panjang, kecil (sempit); burung muda berbulu halus pada waktu baru ditetaskan;
hidupnya selalu di lautan, sarangnya umumnya di pulau-pulau.
*Diomedeidae,
Albtatros,
Diomedea exulans, Albatros
pengembara, bentangan sayapnya mencapai 10 kaki.
*Procellariidae,
di laut indonesi terdapt 3 species,
Puffinus leucomelas (White faced Shearwater)
Oceanodroma
leucorhoa monorhis ( Leach’s Petrel)
Oceanites ocenicus ( Wilson’s
Storm-petrel)
Ordo 12. Pelicaniformes. Pelicans,
Cormorants, Boobios, Gannets etc.
Semua 4 jari-jari kakinya
dihubungkan oleh selaput renang; lubang hidung mengecil atau tidak ada; sebuah
kantung gular terdapat pada kerongkongannya (kecuali pada burung-burung
tropis); hidup di air; burung muda tidak berbulu pada waktu ditetaskan
*Pelicanidae,
burung pelikan, di Indonesia
Pelecanus roseus
roseus (Spotted-billed Pelican)
Pelecanus
onocrotalus ( White Pelicans)
*Phalacrocoracidae,
Phalacrocorax
amhinga melanogaster, Pecuk ular
Phalacrocorax
pygmeus niger, (Pygmy Cormorants), Pecuk ireng
Phalacrocorax
carbosinensis ( Commont cormorant)
Phalacrocorax
sulcirostris (Little black Cormorant)
*Fregatidae,
Fregata andrewsi (Andrew’s
Man-O-War)
Fregata andrewsi
ariel (Least Man-O-War)
Fregata minor minor (Pacific
Man-O-War)
*Sulidae, Boobies,
Sula sula rubripes, (Red fosted
Booby)
Sula sula abbotti, (Abbot’s Booby)
Sula sula
leueogaster plotus (Brown Booby)
Sula sula
dactylatra personata (Masked or Blue-faced Booby)
*Paethontidae,
Phaeton rubricauda
Westralis
Phaeton lepturus dan Phaeton aethereus indicus
Ordo 13. Ciconiiformes. Blekok. Kuntul.
Cangak. Bangau.
Burung pengembara yang berleher
panjang dan berkaki panjang; mempunyai sedikit selaput renang di antara jari-jarinya
atau tidak ada (kecuali pada Flamiago); terutama pada daerah tropis dan
subtropis, umumya di daerah sekitar air; makanannya terutama ikan dan
hewan-hewan air lainnya; banyak sarangnya di dalam kelompok-kelompok di pohon.
*Ardeidae, Burung
Cangak, kuntul.
Ardea cinerea, Cangak abu; Ardea
sumatrana (Giant Heron)
Egretta gazetta (snowy egret,
kuntul kecil)
Egretta alba (Greater egret);
Egretta intermedia (Lesser Egret)
Bubuleus ibis (Cattle Egret)
Ardeola speciosa (Blekok atau Bukah Putih),
Ardeola baccinus (Chinese Pond Heron)
Butorides striatus (Little Mangrove Heron),
Butorides striatus javanicus
Nictycorax nicticorax (Black-Crowned Night Heron,
kuntul malam)
Nictycorax caledonicus (Cinnamon Least Bittern,
Kokokan).
*Threskiornithidae,
Threskiornis
aethiopica melanocephala (Sacred Ibis)
Plegadis falci
nellus (Glossy Ibis).
Ordo 14. Anserformes. Bebek, Angsa,
Belibis.
Paruh lebar, dilapisi oleh
epidermis berlapis tanduk lunak dan banyak berisi lubang-lubang perasa;
mempunyai “kuku” yang kuat atau penutup pada ujungnya; pada pinggir dari
paruhnya terdapat kerut-kerut melintang dari zat tanduk (lamellae); lidahnya
berotot; kaki pendek; jari kakinya berselaput renang; ekor umunya pendek,
mempunyai banyak bulu-bulu; sarangnya dibuat dari bulu-bulunya; telurnya polos,
tidak bertitik-titik; burung muda berbulu halus pada waktu ditetaskan; tersebar
di seluruh dunia; terdapat lebih dari 200 species; merupakan binatang buruan,
dagingnya enak dimakan, banyak di pelihara.
*Anatidae,
Anas platyrhynchos (Mallard, Itik), A. poecilorhyncha (Orin tal Mallard),
A. acuta (Common Pintail),
Dendrogeygna javanica (Indian Whistling Duck,
Belibis),
D. arcusta (Lasser Fulvous Whistling Duck)
Aythya fuligula (Tufted Duck), A. Australis
Nettapus coromendelianus (Indian Pygmy Goose, Angsa)
Ordo 15. Palconiformes. Burung Elang,
Alap-alap, Ulung-ulung.
Paruh kuat, bengkok pada
ujungnya, dengan kulit kuat tidak berbulu (cere) pada basisnya; mendibula
mempunyai sisi yang tajam; umumnya kaki-kakinya beradaptasi untuk memegang
dengan kuku-kukunya yang tajam bengkok; predacecus, aktif pada siang hari;
terbangnya kuat, pada beberapa species dapat terbang cepat; makannya
hewan-hewan vertebrata dan heawan kecil.
*Accipitridae,
Haliastur indus (Rrahrainy Kite, Elang merah)
Elanus caeruleus (Black-winged Kite, Alap-alap
tikus)
Accipiter virgatus (Asiatic Sparrow Hawk,
Alap-alap)
A. trivirgatus (Crested Goshawk)
Buteo buteo (Common Buzzard)
Butastur indicus (Gray-faced Buzzard)
Haliaeetus leucogaster (White-bellied Sea Eagle, Elang
laut, Elang siput)
Spizaetus cirrhatus (Changeable hawk-eagle,
Ulung-ulung)
Ietinaetus malayansis (Black Eagle)
Torgos calvus (burung nasar)
Spilornis cheela (Serpent, Eagle, Bido, Elang kuik)
Circus melanoleucus (Pied Harrier)
*Pandionidae,
Pandion haliaetus (Osprey)
P. haliaetus melvillensis
*Falconidae (Falcon)
Falco moluocensis (Spotted Kestrel)
F. sevenus (Oriental Hobby), F. Tinnunculus (Common Kestrel)
Microhierax iringiliarius (Black-thinged Rajawali, Elang belalang)
Ordo 16. Galliformes. Ayam, Merak,
Puyuh dll)
Paruh pendek; bulu-bulu dengan
aftershaft; kaki umumnya beradaptasi untuk mencakar/mengais dan berlari; hewan
muda pada saat baru ditetaskan berbulu
halus dan cepat dewasa (cepat dapat berjalan/makan sendiri); merupakan hewan
buru daratan; beberapa species merupakan hewan peliharaan, banyak species yang
hidup di darat berkelompok-kelompok yang bersarang pula di darat; makannya
terutama tanaman-tanaman dan biji-bijian.
*Phasianidae,
Arborophila javanicus (Chesnut-belled Tree Partidge,
Puyuh gonggong);
A. charltom (Chesnut-breasted Tree
Partridge)
A. hyperythra (Red-breasted Tree Partridge)
Caloperdix oculea (Ferrunginon Wood Partridge); C. ocellata
Coturnix chinensis (Painted Quail, Puyuh batu)
Gallus gallus (Red jangle Fowl)
Gallus gallus bankiva (Ayam hutan); G. Varius (Green Jungle Fowl)
Argusianus argus (Great Argus)
Melanoperdix nigra (Black Wood Partridge)
Lophura ignita (Crested Fireback Pheasant); L. Pyronora
Polyplectron chalcurum (Bronze-tailed Peacock Pheasant)
P. malacense (Malay Peacock Pheasant)
Pavo muticus (Peacock, Merak( (Green Peafowl)
*Meganodidae,
Irian
Megapodius freycinet (Incubator bird,
*Meleagrididae,
Meleagris gahlopavo (Kalkun),
sebelah Barat Amerika Utara sampai ke
pleteau Mexico.
Ordo 17. Gruifornes. Kareo, Puyuh,
Blekek kembang
Bulu-bulunya
dengan aftershaft; pada burung-burung yang besar dan kuat terbang, hidup di
daerah yang berpaya-paya atau
prairi (Cranes, burung jenjang) dan burung-burung yang sedang sampai yang kecil hidup bersembunyi di daerah yang berpaya-paya dan tidak kuat
terbang jauh (kadang-kadang tidak dapat terbang ) (Burung “Rail”); anaknya pada
waktu baru ditetaskan mempunyai bulu down.
*Gruidae, Cranes.
Burung jenjang,
Grus antigone
sharpei (Eastern Sarus Crane)
*Turnicidae,
Burung puyuh
Turnix suscitator (Banred Button
Quail, Puyuh)
T. sylvatica (Striped Button
Quail)
*Rallidae, Rails,
Gallinules, Coots dsb.
Gallicrex cinerea (Watercock, Ayam-ayaman)
Gallinula chloropus (Common Moorhen
or Gallinule, Kareo)
Fulica atra (Black Coot)
Amaurornis phoenicurus (White Breasted Swamhen, Kareo)
Porphyrio indicus (Mandar); P. porphyrio (Purple Gallinule)
Purzana fusea (Ruddy Crace
Tikusan); P. pusilla (Dwarf Rail); P. paykulli (Chinese Banded Crake)
Rallina fasciata (Malay Banded
Crake)
Rallus striatus (Slaty-breasted
Rail); R. Gularis
*Heliornithidae,
Heliopais personata (Masked Pinfoot)
Ordo 18. Diatrymiformes.
Besar, tidak dapat terbang,
sayapnya atrophy; paruhnya besar, tiap kaki mempunyai 4 jari . Eocene di U.S.A
bagian Barat. *Diatryma
Ordo 19. Charadriiformes. Dara laut,
Blekek, Tilil.
Jari-jari
umumnya mempunyai selaput renang, sedikitnya pada basisnya; bulu-bulunya padat
dan keras; hampir berkaki panjang (burung-burung pantai), sayap kuat (guli)
atau dengan hanya 3 jari kaki dan kaki-kakinya jauh di bagian belakang badan;
telur-telurnya penuh bintik-bintik; anaknya
yang baru ditetaskan berbulu down.
*Charadriidae,
Xiphidopterus tricolor (Javanese Wattled lapwing)
Charadrius dubius (Ring-necked Plover); C. peroni (Malay Plover); C. alenandrisus (Kentish Plover); C. mongolus
*Rostratulidae,
Rosrtratula benghalensis (Painted Snipe,
Blekek kembang)
*Scolopacidae,
Tringa glareola (Wood Sandpiper, Tilil, Trinil);
Tringa hypoleucos (Common Sandpiper);
T. stagnatilis (Marsh Sandpiper); T. eurhinus (Redshank)
Numenius minutus (Pygmy Curlew); N. Arquatus orientalis (Common Curlew)
Limosa lapponica baueri (bar-tailed Godwits)
Xenus cinereus (Terak Sandpiper)
Arenaria interpres (Turnstone)
Gallinago stenura (Paintail snipe, Blekek); G. magala (Marsh Snipe); G. gallinago (Faintail or Common Snipe)
Ereunetes acuminatus (Sharp tailed Sandpiper); E. Minutus ruficollis (Little Stint); E. albus (Sanderling)
Calidris canutus canutus (Knot)
*Recurvicortridae,
Ordo 20. Columbiformes, Merpati
Paruh umumnya pendek dan langsing,
dengan kulit yang tebal lunak (cere) pada basisnya; tarsus umumnya lebih pendek
daripada jari-jarinya; temboloknya besar, memproduksi “susu merpati” untuk
memberi makan anaknya yang masih kecil; telur-telurnya tidak bertanda, umunya
putih; anaknya yang baru ditetaskan tidak berbulu; kosmopolitan.
*Columbidae
Treron vernans (Pink-necked Pigeon, Punei,
Merpati hijau) Treron capellei (Large
Green Pigeon) Treron olax (Little
Green Pigeon); Treron curvirostra (Thick-billed
Green Pigeon)
Sphenurus seimundi (White-bellied Pintail Green
Pigeon) Sphenurus korthalsi (Wedge-tailed
Green Pigeon)
Ptilinopus melanospila (Black-naped Fruit Dove, Katik
kembang); Ptilinopus jambu (Jambu
Fruit Dove); Ptilinopus cinctus
(Black-bached Friut Dove)
Ducula aenea (Green Imperial Pigeon, burung
dare mahkota) Duculu badia (Mountain
Imperial Pigeon) Duculu bicolor (Nutmeg
Imperial Pigeon)
Columba vitiensis (Metalic Wood Pigeon) Columba argentina (Silvery Wood Pigeon)
Geopelia striata (Zebra Dove, Perkutut)
Streptopolia chinensis (Spotted-necked Dove, Tekukur) Streptopolia bitorquata (Javanesa Turtle
Dove)
Macropygia phasianella (Red Cockoo Dove, Keduwo)
Macropygia ruficeps (Lesser Red Cuckoo Dove) Macropygia unchall (Barred Cuckoo Dove)
Coloenas nicobarica (Nicobar Pigeon, Junai)
Ordo 21. Cuculiformes, Cuckoo
Jari-jari 2 di depan dan 2 di
belakang, jari belakang di bagian luar berputar; kakinya tidak beradaptasi
untuk memegang; ekor panjang; paruh sedang besarnya; banyak burung-burung ini
yang “parasitis”, yaitu si betina meletakkan telur-telurnya di sarang
burung-burung kecil yang lain, untuk dierami dan anaknya diasuh; anak cuckoo
ini umumnya mendesak keluar anak burung yang punya sarangnya.
*Cucilidae
Coculidae vaguns
Cocomantis variolosus (Rufons-Breasted Brush Cuckoo)
Ordo 22. Psittaciformes, kakatua
Paruh kuat, sempit, pinggir tajam
dan bengkok pada ujungnya; mendibula atas dapat bergerak pada tulang frontal
dari tengkorak; cere lunak, seringkali berbulu; jari-jari 2 di depan dan 2 di
belakang, jari belakang yang di luar tidak berputar; kaki-kakinya beradaptasi
untuk memegang; bulu-bulunya berkilauan, hijau, biru, kuning atau merah; di
hutan-hutan tropis dan subtropis, banyak yang hidup berkelompok dan mempunyai
suara keras; makanannya terutama buah-buahan.
*Psittacidae
Psittacula alexandri (Mustache Parakeet, Betet, ekek)
Psittacula longicoda (Long-tailed parakeet, bayan);
Psittacula cyanurus (Blue-rumped parrot)
Cacatua sulphurea (Lesser sulphur-crested Cochatoo)
Ordo 23. Strigiforme. Burung hantu.
Kepalanya besar dan bulat; mata
besar dan langsung ke depan, masing-masing di dalam sebuah cakram dari pancaran
bulu-bulu; lubang telinga besar, seringkali mempunyai penutup seperti cuping,
kadang-kadang tidak simetris; paruh pendek; kaki beradaptasi untuk memegang;
cakarnya tajam; bulu-bulunya dari tenunan halus dan kendur; telur putih;
anaknya berbulu down; aktif pada malam hari (terutama): bersembunyi di tempat
mengasingkan diri pada siang hari; makanannya vertebrata darat terutama
mamalia, beberapa burung dan arthropoda.
*Titonidae
Tyto alba (Baron owl, Serak); Phodilus badius (Bay Owl)
*Strigiidae,
Otus bakkamoona (Oriental Screech Owl), Colepu; Otus Rufessens (Reddish Scops
Owl)
Bubo sumatranus (Malay Eagle Owl); Bubo coromandus (Duscy Eagle Owl); Bubo
Petupa (Malay Fish Owl,
Hungruk)
Ninox scutulata (Oriental Hawk Owl, Pungguk)
Ordo 24. Caprimulgiformes,
Frogmonths, Nightjars.
Paruhnya kecil dan halus, tetapi
mulutnya lebar dan di sisinya terdapat bulu-bulu panjang seperti keras; kaki
dan telapak kecil dan lemah, tidak berdapatasi untuk memegang; bulu-bulunya
lunak dan kendur; terutama aktif pada senja dan malam hari, makanannya insek
yang terbang malam hari.
*Podargidae,
Frogmonth
Batrachostomus auritus (large frogmonth)
Batrachostomus javensis (javan frogmonth):Batrachostromus affinis (Blyth’s Frogmonth)
Batrachostomus stellatus (Gould’s Frogmonth)
*Carpimulgidae,
Nightjar,
Caprimulgus indicus jotaka (javanese or jungle
nightjar)
Caprimulgus affinis (Safanna nightjar); Caprimulgus macrurus ( Long
tailed-nightjar);Caprimulgus congcretus (Bonaparte’s
nightjar)
Eirostopudus macrotis (Giant Baret Nightjar)
Ordo 25. Apodiformes (Micropodiformes). Swift.
Umumnya kecil; kakinya pendek dan
telapaknya sangat kecil; sayapnya melancip; paruh kecil dan lemah, atau ramping
dengan lidah panjang terbular (huming birds); telur putih; aktif pada siang
hari, makanannya ditangkap dengan sayapnya; terutama pada daerah-daerah tropis.
*Apodidae swift,
Apus affinis (House Swift, Welot)
Apus pacificus (White Rumped Swift)
Cypsiurus parvus (Palm Swift)
*Hemiprocnidae, Troe Swift,
Hemiprocno comata (Lesser Tree Swift)
Hemiprocno longipennis (Crested Tree Swift)
Ordo 26. Coliiformes. Colies or Mouse
birds
Kecil seperti Passerino; jari-jari pertama dan
ke-empat dapat di balikkan (di putar); ekor sangat panjang; di Afrika.
Colius.
Ordo 27. Trogoniformes. Trogon.
Paruh pendek dan kuat, dengan
bulu-bulu keras pada basisnya; kaki-kakinya kecil dan lemah; bulu-bulunya
berkilauan, seringkali berwarna hijau, tetapi lunak dan lepas-lepas.
*Trogonidae,
Harpactes kasumoa (Red-naped Trogon)
Harpactes diardi (Driad’s Trogon);
Harpactes reinwardti (Blue-tailed Trogon);
Harpactes oreskios (Orange-brested Trogon); Harpactes whiteheadi (Whitehead’s
Trogon); Harpactes duvauceli (Scarlet-rumped
Trogon); Harpactes erythrocephalus (Red-headed
Trogon).
Ordo 28. Coraciiformes, Kingfisher,
Rangkong (Hornbill) dsb.
Jari-jari yang ketiga dan keempat
bersatu pada basisnya; paruh kuat; terutama di daerah tropis.
*Alcenidae, Kingfisher,
Halcyon chloria (White-collard Kingfisher,
Pekaka, Cahkahkeh); Halcyon smyrnensis (White-breasted
Kingfisher, Pekaka) Halcyon concreta
(Cheshut-collard Kingfisher); Halcyon
sancta (Sacred Kingfisher); Halcyon
coromanda (Ruddy Kingfisher); Halcyon
pileata (Black-capped Kingfisher);
Halcyon cyanoventris (Java Kingfisher).
Alcedo atthis (River Kingfisher, Raja udang)
Alcedo meningting (Malaysian Kingfisher); Alcedo euryzona (Broad-zoned
Kingfisher); Alcedo caerulescens (Small-Blue
Kingfisher) Pelagopsis capensis
(Stork-billed Kingfisher, Pekaka Mas).
*Meropidae, Boe-Eater
Merops viridis (Blue-throated Bee-eater
*Coraciidae, Roller
Eurystomus orientalis (Dollar Bird)
*Upupidae. Hoopoe
Upupa epops (Common Hoopoe)
*Bucerotidae , Hornbill (Enggang)
Aceros undulatus (Wreathed Hornbill, Julang)
Anthracoceros coronatus (Kangkareng)
Buceros rhinoceros (Rhinoceros Hornbill, Rangkong)
Ordo 29. Piciformes, Woodpecker,
Barbet, Honey Guide.
*Picidae , Woodpecker, Burung
pelatuk
Bulu-bulu ekor kaku dengan ujung
yang lancip; paruh kuat, seperti penggerek; lidahnya kasar atau dekat ujungnya
ada tonjolan-tonjolan seperti duri, lidah ini dapat ditonjolkan; jari-jari 2 di
depan dan 2 (atau 1) di belakang, tidak terbalik; terutama di hutan-hutan,
melekat pada batang pohon, mengorek insek dan larva-larva dari kayu, membuat
lubang di pohon untuk sarangnya; di Indonesia terdapat tidak kurang dari 25
species.
Blythipicus pyrrhotis (Bay Woodpecker)
Dendrocopos macei (Spotted-breasted Pied
Woodpecker, Caladi)
Dryocopus javensis (White-bellied Black Woodpecker)
*Capitonidae, Barbet,
Berukuran kecil hingga sedang;
kepala besar, dengan paruh yang tebal yang dilengkapi dengan bulu-bulu kasar
(sungut); kaki pendek; ekor pendek; jari-jari 2 mengarah ke belakang dan 2
mengarah ke muka, tetapi tak pandai memanjat seperti burun pelatuk (Woodpecker);
bersarang di rongga-rongga pohon; warna tubuh menyolok, dengan hijau sebagai
warna yang dominan; di Indonesia ada 17 species.
Calorhampus fuliginosus (Brown Barbet)
Megalema zeylanica (Gray-headed Barbet, Bultok)
Megalema javensis (Black-banded Barbet,
Tulungtumpuk)
Megalema haemacephala (Crimson-breasted Barbet, Burung
Tukang).
*Indicatoridae, Honey Guido,
Paruh
pendek dan kuat, tanpa bulu-bulu kasar (sungut); kaki mirip Barbet; makan
penyengat (wasp) dan tawon bees); rupa dan tingkah laku berbeda dengan Barbet.
Sarang dan telur-telurnya mirip dengan pada Barbet, tetapi dalam bentuk dan
warna mirip dengan burung-burung penyanyi; familia yang kecil jarang terdapat
di Indonesia dan sekitarnya.
Indicator archipelagicus (Malay Honey Guide).
Ordo 30. Passeriformes. Burung-burung yang
bertengger (Perching Birds)
Jari-jari 3 di depan dan 1 di
belakang, beradaptasi untuk bertengger dan tak dapat dibalikkan, tidak bersatu;
terdiri dari burung-burung yang telah dikenal, 4 Subordo, 69 Familia dan kurang
lebih 5.100 species.
Subordo Oscines. “Burung-burung bernyanyi”
Dinamakan demikian karena
struktur kantung suaranya; banyak yang mempunyai suara yang merdu; ukurannya
barmacam-macam; hidupnya di berbagai tipe habitat, beberapa species hanya hanya
hidup di daratan (terrestrial), sebagian besar di pohon-pohon dan semak-semak;
umumnya membuat sarang, beberapa species membuatnya secara teliti dan rapih,
telurnya berjumlah 3-8 butir, warnanya bermacam-macam, anaknya tidak berbulu
dan belum dapat melihat pada waktu baru ditetaskan, masih diberi makan dan
dipelihara oleh induknya; makanannya macam-macam, terutama yang berbentuk
kecil-kecil, banyak yang insektovora, ada yang makan campuran; ada 52 familia.
Alaudidae, Horned Lark,
Mirafa javanica
Hirundidae, Swallow (Burung layang-layang)
Hirundo tahitica (Pasific Swallow, layang-layang)
Corvidae, Crow
Corvus enca (Gagak)
Motacillidae, Pipit dan Wagtail,
Motacilla cinerae (Gray Wegtail, Pipit batu,
Kedidi)
*Laniidae, Shrike,
Lanius schach (Toed)
*Aegithinidae, Iora dan Leafbird,
Aegithina tiphia (Common Iora, Cipo)
*Pycnonotidae, Bulbul,
Pycnonotus cafer (Golden-vented Bulbul, Ketilang)
*Turdidae, Thrushes, Robin,
Copsychus saularis (Magpie-Robin, Murai. Kucica)
*Sturnidae, Starling, Myna,
Sturnus contra (Pied Starling, Jalak)
*Fringillidae,
Passer montanus (Tree Sparrow, Burung gereja)
Padda oryzivora (Java Sparrow, Gelatik)
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik pada makalah ini adalah :
1.
Nama kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu
yang mempelajari burung ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis. Burung
berkerabat dekat dengan reptil. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis
reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang
khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan
dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan
hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang
lebih rendah. Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis
yang primitif.
2.
Terdapat 8600 spesies burung yang masih hidup yang
dikelompokkan ke dalam kurang lebih 28 0rdo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Makalah Aves. http://bios08.wordpress.com/2012/03/31/makalah-aves/. Diakses pada tanggal 27 Maret
2013 pukul 12:24 WITA.
Campbell, N., A.,
Reece, J., B. 2003. Biologi Edisi Kelima
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1992.
Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya.
Surabaya.
Murad, Sajuti.
1978. Sistematik Vertebrata.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Radiopoetro, 1986.
Zoologi. Erlangga. Jakarta.