Translate

Sabtu, 25 Mei 2013

Fisiologi Hewan/ Sistem Endokrin


BAB I
PENDAHULUAN

I.1     Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan beberapa gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut, salah satu sistem yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sistem endokrin.
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama lebih dikenal sebagai supra sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umunya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologis tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.  
I.2     Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah diharapkan kita lebih dapat memahami tentang endokrin itu sendiri sekaligus untuk menambah wawasan yang akan menunjang pengetahuan kita dalam mempelajari fisiologi hewan.

   
\

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (duktus) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon, sekret yang dibuatnya ini tidak meninggalkan kelenjarnya melalui saluran pengeluaran, tetapi sekresi berdifusi langsung dari sel kelenjar ke dalam aliran darah dijaringan kelenjar. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologi tubuh.
Fungsi Sistem Endokrin
·      Mengatur metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.
·      Menyebabkan perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi tekanan stress.
·      Mengatur perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
·      Mengotrol reproduksi
·      Mengatur produksi sel darah merah
·      Bersama denga sistem saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik sirkulasi dan pencernaan serta absorpsi makanan.
Suatu zat dapat disebut hormon bila zat tersebut (definisi klasik hormon) :
·           Dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau sel-sel khusus
·           Disekresikan langsung ke dalam aliran darah
·           Ditransportasi ke seluruh tubuh
·           Mempengaruhi kegiatan sel jaringan/ organ sasaran yang letaknya jauh dari asal tempat pembentukannya.
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, sistem endokrin dan sistem saraf berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh medulla kelenjar adrenal dan kelenjar hipofisis dalam mensekrasikan hormonnya secara primer tergantung pada respon terhadap stimulasi neural.
Perbandinag antara Sistem Saraf dan Sistem Endokrin

Sistem Saraf
Sistem Endokrin
Sel
Neuron
Ephitelium glandular
Signal kimiawi
Neurotransmitter
Hormon
Spesifisitas kerja
Reseptor pada sel postsynaptics
Reseptor pada sel target
Kecepatan onset
Beberapa detik
Beberapa menit sampai jam
Durasi kerja
Sangat singkat kecuali aktivitas neural berlanjut
Dapat singkat atau dapat bertahan selama beberapa hari bahkan ketika sekresi dihentikan

Sel-sel Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1.        Sel Neusekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2.        Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata.
Kategori Hormon
·      Hormon Steroid
-       Disusun oleh kolesterol
-       Diproduksi oleh gonad dan korteks adrenal
-       Misalnya : testosteron, progesteron, estrogen, kortisol dan aldosteron.
·      Hormon Non Steroid
-       Disusun oleh asam-asam amino
-       Dihasilkan oleh kelenjar lainnya
-       Sebagian besar hormon termasuk dalam kelompok ini
-       Misalnya : hormon protein (prolaktin), hormon peptida (ADH), hormon katekolamin (epinefrin & nor epinefrin)
Selain hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :
-          Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
-          Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
-          Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan atau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
-          Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
Sifat Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.
1.    Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
2.    Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian hormon berumur pendek.
3.    Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
4.    Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5.    Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.
Mekanisme Aksi Hormon
Ø Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membran atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan membentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
1.    Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
2.    Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
3.    Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara lain pergerakan ameba dan mitosis sel.
4.    Pengubahan aktivitas metabolisme DNA: pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat memepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
Ø Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat susah larut dalam lipid sehingga mudah melewati membran sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sangat tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.
Kontrol terhadap Sekresi Hormon
-
-
-
Sistem Umpan Balik
Hypotalamus
Sel Target
Sistem Saraf
Sel Target
Perubahan jumlah di dalam plasma
Sel Target
Pituitari Anterior
-
Kerja Hormon
Kelenjar Endokrin
Kerja Hormon
Kelenjar endokrin
Kerja Hormon
Kelenjar endokrin perifer
 







-
Kontrol terhadap sistem endokrin terjadi dalam 3 jalur : (a) hipotalamus dan pituitari anterior, (b) sistem saraf secara langsung, dan (c) kelenjar yang merespon secara langsung terhadap perubahan di lingkungan internal. Penghambatan Negative Feedback dilambangkan dengan         .
Hipotalamus
            Udara dingin

Adenohipofisis
                                                TRH
 

Kelenjar Tiroid
                                                TSH
 

                                    Tiroksin
·      Umpan balik positif → pengendalian sekresi hormon bersifat saling menguatkan.
·      Terjadi ketika kerja biologis hormon di jaringan target membutuhkan tambahan sekresi dari hormon.
·      Contoh sekresi Luteinizing Hormone (LH) yang terjadi sebagai akibat efek stimulasi estrogen ke kelenjar hipofisis anterior sebelum ovulasi.
LH → bekerja pada ovarium → menstimulasi tambahan sekresi estrogen → menyebabkan lebih banyak lagi sekresi LH.
·      Ketika kadar konsentrasi LH mencapai tingkat yang cukup memadai → kontrol umpan balik negatif akan terjadi.
Umpan Balik Positif
·      Persalinan hormon oksitosin dihasilkan oleh hipotalamus merangsang kontraksi uterus merangsang serviks uteri untuk meregang.
·      Regangan serviks uteri ini menimbulkan impuls yang merangsang hipotalamus untuk mensekresi oksitosin yang lebih banyak lagi.
·      Demikian proses ini semakin kuat dan baru berhenti bila bayi sudah dilahirkan.
Sistem Endokrin Pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakan sumber hormon pada invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan antara lain.
Coelenterata
Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang disebut activator kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.
Platihelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam proses reproduksi.
Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada daeran korda saraf.
Annelida
Cacing poliseta dewasa dapat mengalami epitoki yakni perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini dikendalikan oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki akan berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangaan rendah.
Moluska
Pada hewan ini ditemukannya hormon yang merangsang pelepasna telur dari gonad dan pengeluaran telur dari tubuh.dalam hal ini, kelenjar endokrin klasik memiliki peran yang sangat penting. Kelenjar optic disuga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan sperma dan ovum.
Crustacea
Crustacea memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks tepatnya pada ruas maksila atau antenna. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Krustasea juga memiliki kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembanagn testis dan produksi sperma.
Insekta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1.    Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan neurohormon.
2.    Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka.
3.    Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan rangka luar (kulit luar).


Sistem Endokrin Pada Vertebrata
Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali tersusun atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar utama, yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari dan kelenjar endokrin tepi.
Kelenjar Endokrin Utama Vertebrata dan Beberapa Hormon yang Dihasilkannya.
1.    Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
-     Pituitari posterior, menghasilkan hormon :
Oksitosin → merangsang kontraksi uterus dan sel-sel kelenjar susu.
Hormon antidiuretik (ADH) → mendorong retensi air oleh ginjal.
-     Pituitari anterior, menghasilkan hormon :
Hormon pertumbuhan (GH) → merangsang pertumbuhan (khususnya tulang) dan fungsi metabolisme.
Prolaktin (PRL) → merangsang produksi dan sekresi susu
Hormon perangsang folikel (FSH) → merangsang produksi dan ovum sperma dan juga merangsang ovarium dan testes
Luteinizing Hormone (LH) dan Hormon perangsan tiroid (TSH) → merangsang kelenjar tiroid
Hormon adrenokortikotropik (ACTH) → merangsan korteks adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
2.    Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon :
-     Triiodotiroin (T3) dan Tiroksin (T4) → merangsang dan memelihara proses metabolisme
-     Kalsitonin → menurunkan kadar kalsium darah
3.    Kelenjar Paratiroid, menghasilkan hormon paratiroid (PTH) → menaikkan kadar kalsium darah
4.    Pankreas, menghasilkan hormon :
-     Insulin → menurunkan kadar glukosa darah
-     Glukagon → menaikkan kadar glukosa darah
5.    Kelenjar Adrenal, dibagi atas :
-     Medula adrenal, manghasilakan hormon epinefrin dan norepinefrin → menaikkan kadar glukosa darah; meningkatkan aktivitas metabolisme; menyempitkan pembuluh darah tertentu.
-     Korteks adrenal, menghasilkan hormon :
Glukokortikoid → menaikkan kadar glukosa darah
Mineralokortikoid → mendorong reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ di ginjal
6.    Gonad, terdiri atas :
-     Testes, menghasilkan hormon androgen → mendukung pembentukan sperma; mendorong perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder jantan
-     Ovarium, menghasilkan hormon :
Estrogen → merangsang pertumbuhan dinding uterus; mendorong perkembangan  dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder betina
Progesteron → menggalang pertumbuhan lapisan uterus
7.    Kelenjar Pineal, menghasilkan hormon melatonin → terlibat dalam irama (ritme) biologis
8.    Timus, menghasilkan hormon timosin  → merangsan limfosit T.

















BAB III
KESIMPULAN

Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara kooperatif untuk mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon peptide dan hormon turunan tirosin.
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliki pada umumnya berupa organ neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin klasik dan organ endokrin tepi.






DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 3. Erlangga : Jakarta
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius :Yogyakarta
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/, diakses 27 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar