LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
PERCOBAAN II
KURVA SIGMOID
PERTUMBUHAN
NAMA :
HASBIAH
NIM :
H41111285
KELOMPOK : III (TIGA) B
HARI/ TGL PERC. : RABU/ 03 APRIL 2013
ASISTEN :
NUR AFNI
LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Proses pertumbuhan merupakan
hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan
volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya
umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat
dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Tjitrosoepomo, 1999).
Pertumbuhan tanaman mula-mula
lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum,
akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu
tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan
bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Pustaka, 2008).
Bentuk kurva sigmoid untuk
semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai
akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Sehubungan
dengan itu maka kami melakukan percobaan mengenai kurva sigmoid untuk mengamati laju tumbuh
daun sejak embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman
kacang merah Phaseolus vulgaris.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui laju tumbuh pada daun mulai dari embrio dalam biji sampai
mencapai ukuran tetap pada tumbuhan kacang merah Phaseoulus vulgaris.
I.3
Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan ini
dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, UniversitasHasanuddin, Makassar. Pada tanggal 03 April
2013, pukul 14.00 – 17.00 WITA. Dan dilakukan pengamatan selama 14 hari, pada
hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10, dan ke-14.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem
biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.
Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan
(panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan
berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen
dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan
ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, dkk., 1975).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju
tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan
lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula
lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum,
akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu
tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan
bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial
sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat
pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh.
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury dan Ross, 1996).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury dan Ross, 1996).
Gambar kurva sigmoid
(Wikipedia, 2008).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali:
fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibagi dalam 3 (tiga) fase, yaitu (Pustaka, 2008) :
a.
Fase Embryonis, yaitu fase
yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di
dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu
terjadi pengembangan sel. Fase embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak
tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di
dalam biji.
b.
Fase Muda (Juveni//Vegetatif)
yaitu, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan
dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus
sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan
satu rangkaian yang komplek dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis,
dan biokimia. Proses perkecambahan meliputi beberapa tahap, yaitu imbibisi
yaitu proses penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan
terjadinya hidrasi dari protoplasma, perombakan cadangan makanan di dalam
endosperm, perombakan bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym. (amilase,
protease, lipase), karbohidrat dirombak menjadi glukosa, gibberellin
mengaktifkan produksi enzim amilase, embrio menyerap air dan proses
perkecambahan dimulai, gibberellin berdifusi dari embrio menuju lapisan
aleuron, sel-sel dalam lapisan aleuron merespon dengan melepaskan enzim
pencerna seperti amilase, enzim mencerna pati di dalam emdosperm menjadi gula
dan molekul lain yang diperlukan embrio untuk tumbuh.
c.
Fase Menua dan Aging
(Senil/Senescence), beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat
terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air
dapat mempercepat terjadinya senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan
menghambat senescence tanaman, pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air,
penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman
dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk
mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena yang sudah
dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu
pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap
tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul
dan Guritno, 1995).
Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase
vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar,
batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah
massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu
diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell
enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari,
1995).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga,
buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan
makana, akar-akar dan batang yang berdaging. Dapat dilihat adanya perubahan
dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan
berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva
pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan,
antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur
tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk
ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk
kurva sigmoid (Latifah, 2008).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan
yaitu (Wikipedia, 2008) :
1.
Faktor Luar
a. Air dan
mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu
unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
b. Kelembaban udara mempengaruhi proses
transpirasi pada tumbuhan. Jika kelembaban udara rendah, laju transpirasi akan
meningkat. Akibatnya, penyerapan air dan unsur hara meningkat.
c. Suhu di
antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis
tumbuhan.
d. Cahaya
mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi
adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme
adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
2. Faktor Dalam
a. Faktor
hereditas
Faktor gen/hereditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. Apabila gen induk bagus maka anakan yang dihasilkan
juga akan bagus, dan apabila gen induk tidak bagus maka anakan yang dihasilkan
juga tidak bagus.
b. Hormon
Hormon pada
tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah penggaris, pisau, dan nampan.
III.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah biji kacang merah Phaseolus
vulgaris, air, tanah, label, kertas grafik, polybag, dan pipet.
III.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada
percobaan ini adalah :
1.
Merendam biji kacang merah Phaseolus vulgaris sampai kisut didalam nampan yang berisi air.
2.
Memilih biji yang baik sebanyak 12 biji.
3.
Setelah itu, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya,
mengukur panjang embrionya dengan penggaris kemudian menghitung nilai
rata-ratanya.
4.
Menanam 9 biji dalam polybag, 3 biji dalam setiap polybag,
menyiram dengan air secukupnya dan memelihara selama 2 minggu.
5.
Mengadakan pengamatan
sebagai berikut :
a.
Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, dan
14 hari.
b.
Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri
pengukuran.
c.
Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun waktu
pengukuran sebagai absisi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Holtikultura
Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.
Heddy, S., 2001. Ekofisiologi
Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kaufman, P. B.,
dkk., 1975. Laboratory Experiment in
Plant Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
http://www.2dix.com/pdf-2010/penentuan-lokus-tumbuh-pada-tumbuhan-pdf.php.
Diakses pada tanggal 04 April 2013, pukul 11:40 WITA.
Latifah, S., 2008. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan
Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library. Medan.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.
Agromedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pustaka, 2008. Konsep Kerja Fitohormon dalam Pertumbuhan
Tanaman, http://pustaka.ut.ac.id//. Diakses pada tanggal 04 April 2013,
pukul 20:15 WITA.
Salisbury, F.B dan
C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan
Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-Press. Bandung.
Sitompul, S.M dan
B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani
Umum 2. Angkasa. Bandung.
Anonim, 2008. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan.
http://www. wikipedia.com. Diakses pada tanggal 04 April 2013, pukul 11:34
WITA.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.I Hasil
IV.I.1 Panjang Embrio
a.
Tabel Hasil Pengamatan
Biji
|
Panjang (cm)
|
I
II
III
|
0
0
0
|
Rata-rata :
0
|
b.
Diagram Panjang Kotiledon
IV.I.2 Panjang Daun
a.
Tabel Pengamatan Panjang Daun
Daun ke-
|
Hari / Tanggal
|
||||
H 3
|
H 5
|
H 7
|
H 10
|
H 14
|
|
1
2
3
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
Rata-rata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
5
6
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
Rata-rata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
8
9
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
0
0
0
|
Rata-rata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
b.
Kurva Panjang Daun
-
Polybag I
-
Polybag II
-
Polybag III
IV.2 Pembahasan
Percobaan mengenai kurva sigmoid
pertumbuhan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang
bertujuan untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga
mencapai ukuran tetap pada tanaman tersebut.
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu 12 biji
sebelumnya direndam terlebih dahulu selama 30 menit. Setelah itu dipilih 3 biji
untuk dibuka kotiledonnya, dan mengukur panjang embrionya dengan penggaris dan
menghitung rata-ratanya. Sedangkan 9 biji yang tersisa digunakan untuk mengukur
panjang daun dan ditanam dalam 3 polybag, masing-masing polybag berisi 3 biji
kacang merah Phaseolus vulgaris
selama 2 minggu, dengan pengukuran di hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10, dan ke-14.
Berdasarkan hasil pengamatan, biji kacang merah Phaseolus vulgaris tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu keadaan dari biji itu sendiri yang memiliki biji keras sehingga
dapat menghambat pertumbuhan embrionya. Dapat juga disebabkan oleh faktor
lingkungan dan suhu yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan embrio. Ketersediaan
air juga merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan embrio,
bila kekurangan air akan menghambat embrio untuk tumbuh sedangkan bila memiliki
cukup air, maka embrio dapat lebih cepat tumbuh karena dapat membantu kulit
biji mengelupas sehingga embrio dapat dengan mudah keluar dan memulai perkecambahan.
Sedangkan biji kacang merah Phaseolus vulgaris yang ditanam pada
polybag semuanya mati, hal ini disebabkan karena adanya faktor eksternal dan
faktor internal.
Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu :
1.
Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar.
Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal.
2.
Faktor kelembaban / kelembapan udara, kadar air dalam udara
dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab
menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah
serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang
lebih cepat.
3.
Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda
untuk tiap jenis tumbuhan. Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang
menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman.
4.
Faktor cahaya matahari, sinar matahari sangat dibutuhkan
oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau).
Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak
pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru
sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
5.
Faktor organisme lain, organisme lain dapat menjadi
faktor utama yang menyebabkan suatu tanaman tidak mengalami pertumbuhan. Ini
disebabkan karena organisme tersebut misalnya bekicot memakan biji yang sedang ditanam.
Adapun Faktor
Internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu gen dan hormon.
Hormon pada tumbuhan memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar