LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
PERCOBAAN IV
KONTROL
FOTOPERIODISITAS TERHADAP PEMBUNGAAN
NAMA :
HASBIAH
NIM :
H41111285
KELOMPOK : III (TIGA) B
HARI/ TGL PERC. : RABU/ 10 APRIL 2013
ASISTEN :
NUR AFNI
LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kejadian musiman sangat penting dalam siklus kehidupan
sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan
pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan
tumbuhan yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus
lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu
dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relatif malam dan
siang. Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut
fotoperiodisme (Campbell, 2003).
Pada beberapa tumbuhan bunga merupakan organ
reproduksi yang sangat penting, khususnya tumbuhan angiospermae. Bunga
merupakan salah satu hasil dari perkembangan yang nyata dari suatu tumbuhan.
Kebanyakan tumbuhan, proses terbentuknya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (Latunra, 2013).
Dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting
bukanlah intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari).
Fenomena ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman
mangga) yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu
listrik) berbunga diluar musimnya. Walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman
yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang
seharusnya dibutuhkan (Ansal, 2013).
Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan
percobaan mengenai kontrol fotoperiodisitas terhadap pembungaan.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini
adalah untuk melihat pengaruh fotoperiodisme terhadap pembentukan bunga pada
pacar air Impatiens balsamina.
I.3
Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada
hari Rabu, tanggal 10 April 2013, pukul 14.00 – 17.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fotoperiodisme merupakan suatu
respon tanaman terhadap lama penyinaran matahari dan lama gelap atau panjang
hari relatif. Lamanya periode penyinaran matahari dapat memberikan tanggapan
tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman (Irwan, 2007).
Fotoperiodisme merupakan fenomena
yang tersebar luas dialam. Dalam tulisannya, Garner dan Allard (1920) telah
mengemukakan bahwa migrasi burung mungkin dikendalikan oleh fotoperiode, dan
segera fotoperiodisme pada burung dibuktikan. Sejak itu, banyak respon hewan
terhadap fotoperiode telah didokumentasikan, termasuk beberapa perubahan
perkembangan pada serangga, perubahan bulu, serta peningkatan reproduksi pada
serangga reptilian, burung dan mamalia. Pada dasarnya semua aspek pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh fotoperiode (Latunra, 2013).
Sehubungan dengan
fotoperiodisitas tersebut, pada daerah-daerah 4 musim, tanaman dapat dibedakan
menjadi (Indramawan, 2013) :
1.
Tanaman berhari pendek, yaitu tanaman yang pembungaannya
kurang dari 12 jam. Contohnya strawberry Fragraria
vesca.
2.
Tanaman berhari panjang, yaitu tanaman yang pembungaannya
lebih dari 12 jam. Contohnya pacar air Impatiens
balsamina.
3.
Tanaman berhari netral, yaitu tanaman yang pembungaannya
tidak dipengaruhi oleh penyinaran. Contohnya bunga matahari Helianthus anuus.
Gambar berikut ini menunjukkan
pembagian dari tanaman berdasarkan lamanya penyinaran sinar matahari (Latunra,
2013).
(a) (b) (c)
Gambar 1. Tanaman berhari pendek (a), tanaman berhari
panjang (b), dan tanaman berhari netral (c).
Ciri utama fotoperiodisme adalah
pengukuran waktu musim dengan mendeteksi panjang siang dan malam. Menurut
nalar, fotoperiodisme termasuk contoh pengukuran waktu biologis seperti irama
sirkadian dan navigasi angkasa. Jika waktu diukur dengan rentan waktu yang
dibutuhkan bagi beberapa metabolit untuk diubah menjadi bentuk lain, hal ini
sejalan dengan gelas jam yang mengukur selang waktu yang diperlukan bagi pasir
untuk jatuh dari atas ke bawah melalui celah yang sempit. Pada sistem seperti
itu, hanya satu selang waktu yang diperlukan bagi pasir yang dapat diukur, dan
beberapa pengaruh luar harus memulai kembali sistem itu (membalikkan gelas
jam). Irama sirkadian yang berfungsi selama selang waktu yang panjang pada
kondisi terang, dengan suhu dan faktor lain yang konstan, tidak sama dengan
gelas-jam, tetapi lebih mirip dengan bandul yang merupakan osilator
(Dwidjoseputro, 1984).
Faktor lingkungan merupakan
faktor yang sangat erat berhubungan dengan kehidupan tanaman, yang akan
mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan
dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Penyinaran
cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor dari
luar yang mempengaruhi pembungaan (Natania, 2013).
Kondisi-kondisi fotoperiode
biasanya dirasakan oleh daun-daun. Di banyak tanaman, pemaparan sebuah daun
tunggal atau bahkan sebagian kecil dari daun pada fotoperiode yang tepat akan
memberikan pengeluaran bunga. Induksi fotoperiode pada banyak spesies, jadwal fotoperiode yang tepat hanya perlu
diberikan selama beberapa hari agar pengeluaran bunga terjadi, meskipun tanaman-tanaman
itu selanjutnya dipertahankan di bawah fotoperiode-fotoperiode yang tidak
menguntungkan bagi pengeluaran bunga (Wilkins, 1989)
Tunas menghasilkan bunga, akan
tetapi daun mendeteksi fotoperiode. Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek
atau tumbuhan hari panjang, pembungaan cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah
daun tunggal terhadap fotoperiode yang
tepat. Sesungguhnya meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan,
fotoperiode akan tetap dideteksi dan tunas bunga akan diinduksi. Namun, jika
semua daun dibuang tumbuhan akan buta terhadap fotoperiode (Campbell, 2003).
Inisiasi bunga atau evokasi
(evocation) adalah tahap awal proses pembungaan. Pada tahap awal ini terjadi
perubahan produk morfologis. Sel-sel meristem pada ujung tunas yang biasanya
menghasilkan daun atau cabang menjadi penghasil tunas generatif atau tunas
reproduktif. Sehingga masa inisiasi bunga merupakan masa transisi dari bentuk
daun ke bentuk bunga. Secara fisiologis, hal ini dapat dideteksi dengan
meningkatnya sintesis asam nukleat dan protein yang diperlukan bagi pembelahan
sel dan diferensiasi (Ashari, 1997).
Pada kenyataannya, beberapa pesan
untuk berbunga diangkut dari daun ke tunas bunga. Sebagian besar ahli fisiologi
tumbuhan yakin bahwa pesan ini adalah sebuah hormon atau beberapa perubahan
konsentrasi relatif dari dua atau lebih hormon. Sinyal berbunga yang berjalan
dari daun ke tunas bunga kelihatannya sama pada tumbuhan hari pendek dan
tumbuhan hari panjang, meskipun keduanya berbeda dalam hal kondisi fotoperiodik
yang diperlukan daun untuk mengirimkan sinyal tersebut. Bukti adanya pengiriman
sinyal hormonal dalam pembungaan sangat menantang, akan tetapi para peneliti
masih belum berhasil mengidentifikasi hormon- hormon yang berperan dalam
fotoperiode (Campbell, 2003).
Beberapa tumbuhan akan
memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan
tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode
sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif
jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam). Kelompok tumbuhan yang
membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day
plant) dan kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang singkat
disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase
perkembangan tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan
hari netral (neutral-day plant) kelompok ini akan memasuki fase generatif baik
jika menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat. Jadi dari hal
tersebut di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah
intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari). Fenomena
ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)
yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)
berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman
yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang
seharusnya diutuhkan. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tumbuhan akan
lama penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini dapat dimanipulasi (diperpanjang atau
dipersingkat) (Sanusi, 2013).
Pada proses pembungaan yang
merupakan periode kritis adalah panjang malam (periode gelapnya). Proses
pembungaan tumbuhan tertentu dapat dirangsang dengan perlakuan temperatur
rendah (vernalisasi). Pada dasarnya vernalisasi tidak hanya untuk pembungaan
tetapi dapat pula diperlakukan pada biji-biji tumbuhan tertentu sebelum
perkecambahan. Temperatur optimum untuk vernalisasi berkisar antara 0 – 5 0C.
Zat yang bertanggung jawab meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin,
yaitu suatu hormon tumbuh. Hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan
disebut florigen. Asam giberelin (GA) merupakan salah satu hormon tumbuh yang
berperan dalam proses pembungaan, tetapi tidak semua GA efektif untuk
merangsang pembungaan, misal GA6 dan GA8 (Sanusi, 2013).
Semua kondisi fisik ekosistem
bukan saja faktor-faktor pembatas tetapi juga oleh faktor-faktor pengatur.
Misalnya siklus tahunan bertambah dengan naiknya garis lintang.
Fotoperiodisitas dikenal sebagai biological clock dan organisme untuk membuat
mekanisme waktu yang berubah-ubah. Biological Clock adalah mekanisme fisiologis
untuk pengaturan waktu. Di antara tumbuhan tingkat tinggi, beberapa jenis
tumbuhan berbunga dengan hari panjang (long day plants), yang lain berbunga
dengan hari pendek (kurang dari 12 jam) dikenal sebagai short day plants
(Sanusi, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah silet/cutter, mikroskop, deck glass, dan
objek glass.
III.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah biji pacar air Impatiens
balsamina, air, polybag, kertas label, dan tanah.
III.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada
percobaan ini adalah :
1.
Menyiapkan dua buah polybag kemudian diisi dengan tanah.
2.
Memilih lima biji
pacar air Impatiens balsamina
kemudian menyemaikannya ke dalam polybag yang telah diisi tanah lalu beri label
bernomor.
3.
Memelihara dan
mengamati perkembangan biji tersebut selama 1 bulan.
4.
Setelah 1 bulan, tanaman pacar air Impatiens balsamina yang ada dalam polybag ditempatkan di tempat
yang mendapatkan cahaya pendek (< 12 jam) dan yang satunya di tempat yang
mendapatkan cahaya yang panjang (> 12 jam).
5.
Setelah diberi perlakuan fotoperiode, mengambil tanaman
tersebut kemudian mengiris dan memeriksa dengan menggunakan mikroskop untuk
mengetahui ada tidaknya struktur bunga (primordial bunga)
DAFTAR PUSTAKA
Ansal, B. 2013. Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik. http://akuakulturunhas.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 10 April 2013. pukul 22:20 WITA.
Ashari, Sumeru. 1997. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka
Cipta. Malang.
Campbell, N. A, J. B. Reece and L.
E. Mitchell. 2003. Biologi jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT
Gramedia. Jakarta.
Indramawan, S. 2013,
Pembungaan Angiospermae. http://sony042.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 10 April 2013. Pukul 22.53 WITA.
Irwan, Zaer’ani.
2007. Prinsip- Prinsip Ekologi dan
Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Latunra, A. Ilham, 2013. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Natania, 2013. Hormon Tumbuhan. http://natanhid.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 10 April 2013 pukul 22.53 WITA.
Sanusi,
Ahmad, 2013. Respon Tanaman Terhadap
Penyinaran, http://www.sanoesi.wordpess.com.
Diakses pada tanggal 10 April 2013. Pukul 22.23 WITA.
Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tanaman. (Sutedjo dan Kartasapoetra,
Pentj). Bina Aksara. Jakarta.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel
Pengamatan
Hari/tanggal
|
Tinggi Batang
|
|
Tanaman hari pendek (cm)
|
Tanaman hari panjang (cm)
|
|
Rabu, 17-04-2013
|
-
|
-
|
Rabu, 24-04-2013
|
-
|
-
|
Rabu, 01-05-2013
|
-
|
-
|
Rabu, 08-05-2012
|
-
|
-
|
Keterangan
:
-
=
Tidak ada tanaman yang tumbuh
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan
ini digunakan tanaman pacar air Impatiens
balsamina yang ditumbuhkan pada dua buah polybag kemudian ditumbuhkan
selama satu bulan kemudian mengamati perkembangan tanamannya setiap minggu
dengan memberikan perlakuan yaitu 8 jam ditempat terang dan sisanya di tempat
gelap.
Tidak
ada hasil yang didapatkan pada percobaan ini karena tidak ada tumbuhan yang
tumbuh. Hal ini disebabkan karena adanya salah satu faktor yang menyebabkan
sehingga tumbuhan tidak mengalami pertumbuhan. Salah satu faktor itu yaitu
kekurangan air.
Hasil
yang seharusnya didapatkan pada percobaan ini yaitu tanaman pacar air Impatiens balsamina akan menghasilkan
bunga. Bunga ini akan diamati proses pembungaannya sehingga akan diketahui
jenis tanamannya apakah tergolong ke dalam tanaman hari pendek atau tanaman
hari panjang dan tanaman hari netral.
Berdasarkan adanya respon tumbuhan terhadap lamanya
penyinaran (fotoperiodisitas) dalam proses pembungaan, maka tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
(1).
Tumbuhan hari pendek (short day plant), yaitu tanaman yang mengalami pembungaan
kurang dari 8 jam.
(2).
Tumbuhan hari panjang (long day plant), yaitu tanaman yang mengalami pembungaan
lebih dari 8 jam.
(3).
Tumbuhan hari netral (neutral day plant), yaitu tanaman yang mengalami
pembungaan tanpa memperhatikan waktu pembungaan.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari percobaan ini yaitu tidak didapatkan hasil pada percobaan ini karena tumbuhan yang ditanam mati tetapi
sebenarnya terdapat pengaruh cahaya terhadap pembungaan pada suatu tumbuhan.
V.2
Saran
Sebaiknya dalam praktikum alat-alat
yang digunakan diperlengkap dan waktu dalam pengerjaan juga dimaksimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar